Tabloid PULSA

Selasa, 28 April 2009

Perang Melawan Sampah Plastik

Jadilah rumah penuh dengan kantong plastik yang diperoleh dari swalayan. Itu belum termasuk kantong plastik yang diperoleh dari penjual ikan dan sayur yang setiap pagi lewat di depan rumah. Juga belum termasuk kantong plastik dari penjual gorengan.
Tentang kegunaan kantong plastik yang terakhir masyarakat harus waspada. Membungkus gorengan yang masih panas dengan kantong plastik, terutama kantong plastik hitam, dapat merugikan kesehatan.

Dikutip dari Kompas, salah seorang dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), I Made Arcana, meneliti bahaya zat pewarna hitam pada kantong plastik. Hasil penelitian Arcana menyebutkan bahwa jika terkena panas zat ini akan mengeluarkan senyawa yang memicu kanker. Bisa dibayangkan jika senyawa tersebut terdapat pada gorengan yang kita makan.

Kebiasaan menggunakan kantong plastik secara berlebihan memang perlu dihentikan. Diperkirakan setiap orang dari penduduk dunia menggunakan kurang lebih 170 kantong plastik setiap tahunnya. Asumsinya, setiap orang menggunakan minimal satu kantong plastik per hari.

Dengan demikian, jika berpatokan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan tahun 2006, dari sekitar 1,7 juta jiwa penduduk Kota Makassar berarti setiap tahunnya jumlah kantong plastik yang digunakan di Makassar kurang lebih 289 juta buah. Sementara untuk Sulsel dari jumlah penduduk di tahun yang sama 7,6 juta jiwa berarti sampah kantong plastik yang dihasilkan adalah 1,3 miliar buah setiap tahun.

Padahal kerusakan yang bisa ditimbulkan sampah plastik terhadap lingkungan luar biasa. Diperlukan sekitar 500-1000 tahun untuk sampah plastik terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Saat terurai pun, partikel-partikel plastik akan mencemari air tanah. Meracuni makanan binatang-binatang di tanah sehingga pada akhirnya mengancam mata rantai ekosistem.

Membakar sampah plastik juga bukan solusi yang baik karena akan berdampak buruk pada kesehatan. Plastik yang tidak terurai dengan baik saat dibakar akan menjadi dioksin di udara. Dioksin jika terhirup manusia akan menyebabkan berbagai sumber penyakit seperti hepatitis, pembengkakan hati, kanker, gangguan sistem syaraf, dan memicu depresi.

Say No to Plastic Bag

Sejumlah negara telah menerapkan peraturan yang memperketat swalayan menggunakan tas belanja plastik. Kebijakan negara-negara tersebut menyerupai gerakan anti kantong plastik secara global. Filipina, Swedia, Skotlandia, Jerman, Perancis, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Finlandia, Denmark, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan, dan Singapura adalah beberapa dari negara itu. Bahkan Kenya dan Uganda telah melarang penggunaan kantong plastik di swalayan.

Juni 2008 pemerintah Cina pun mulai menerapkan larangan kepada swalayan untuk memberikan kantong plastik kepada konsumer. Bagi swalayan yang melanggar aturan tersebut pemerintah tidak segan-segan memberi denda sebesar 5.000 hingga 50.000 yuan (667 hingga 6.667 dollar Amerika atau sekitar Rp 7,3 juta hingga Rp 73,3 juta).

Langkah pemerintah Cina tersebut mengantisipasi meningkatnya penggunaan kantong plastik, khususnya di wilayah-wilayah yang mengalami booming di sektor ekonomi seperti Shenzhen City, Provinsi Guangdong. Di kota tersebut, swalayan mengkonsumsi kurang lebih 1,75 miliar kantong plastik setiap tahunnya.

Seperti tidak mau ketinggalan, pemerintah Australia juga ikut dalam kampanye anti kantong plastik. Hasilnya, setelah meluncurkan gerakan “say no to plastic bag” pada sekitar tahun 2003, setahun kemudian pemakaian kantong plastik berkurang 200 juta kantong plastik dari total kantong yang dipakai yakni 7 miliar buah per tahun.

Gerakan itu kini bahkan menjadi tren di Australia. Di swalayan-swalayan para kasir akan menanyakan kepada konsumer apakah membawa tas belanja atau ingin menggunakan kantong plastik. Jika kasir menanyakan demikian secara tidak langsung meminta konsumer untuk membawa tas belanja sendiri. Bahkan terdapat banyak toko yang tidak menyediakan kantong plastik sama sekali.

Swalayan-swalayan di Australia juga menyediakan tas belanja dari kain katun yang ramah lingkungan seharga 99 sen atau sekitar Rp 8.000. Hal yang sama dapat dijumpai pada salah satu swalayan di Cina, seperti swalayan Walmart. Di supermarket tersebut disediakan tas belanja seharga tiga yuan, atau 6 yuan lebih murah dari harga produksinya.

Green Shopper di Indonesia

Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa atau peringkat keempat di dunia, boleh jadi Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apalagi pembatasan penggunaan kantong plastik belum digarap secara baik oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Padahal data KLH menunjukkan dari total volume timbunan sampah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia yang mencapai 666 juta liter per tahun, sekitar 14 persen merupakan sampah plastik.

Budaya berbelanja pro-lingkungan atau yang lebih dikenal dengan jargon green shopper tidak tumbuh begitu saja. Konsumer biasanya hanya mengikuti tren yang ada. Perilaku konsumer dan masyarakat tergantung dari layanan swalayan. Jika swalayan membiasakan konsumer dengan kantong plastik maka kebiasaan menggunakan kantong plastik itulah yang berkembang.

Jadi regulasi yang harus dibuat adalah regulasi yang mengatur swalayan agar tidak leluasa memberikan kantong plastik kepada konsumer. Bahkan Indonesia bisa saja mengikuti langkah Cina yang memberi penalti kepada swalayan yang memberi kantong plastik kepada konsumer secara cuma-cuma.

Dengan menghentikan pemberian kantong plastik kepada konsumer, atau kalau tidak konsumer harus membayar untuk mendapatkannya, secara otomatis akan mengubah perilaku berbelanja. Konsumer perlahan akan membawa sendiri tas belanja dari rumah daripada harus membeli kantong plastik.

“Bring your own bag” merupakan program yang diberlakukan di Singapura dan Kanada. Singapura mulai mengkampayekan “bawa langsung tas belanja sendiri” sejak April 2007. Adapun Kanada, tepatnya di Manitoba, mengeluarkan peraturan pada tahun yang sama dengan melarang para pedagang toko memberi dan menjual kantong plastik kepada konsumen.

Di Australia juga mengalami apa yang disebut ”bring your own bag” di atas dalam empat tahun terakhir. Sebagian besar konsumer biasanya menolak untuk mendapatkan kantong plastik. Ketika kasir akan memasukkan barang belanjaan mereka ke kantong plastik, para konsumer itu akan mengatakan bahwa mereka membawa tas sendiri. Toko buku-toko buku di negara Kanguru itu bahkan tidak memberikan kantong plastik.

Pemandangan ini tentu akan berbeda jika berbelanja di Indonesia. Toko apapun dengan barang dagangan apa saja (selama masih bisa muat di dalam kantong plastik) konsumer pasti akan mendapatkan kantong plastik.

Prakarsa Carrefour

Belakangan ini di outlet-outlet Carrefour di Makassar mulai mengsosialisasikan tas belanja yang ramah lingkungan (eco-friendly bag). Kepada konsumer, kasir yang bertugas biasanya memperkenalkan dan menawarkan tas belanja yang terbuat dari kain katun tersebut.

Jadilah rumah penuh dengan kantong plastik yang diperoleh dari swalayan. Itu belum termasuk kantong plastik yang diperoleh dari penjual ikan dan sayur yang setiap pagi lewat di depan rumah. Juga belum termasuk kantong plastik dari penjual gorengan.

Tentang kegunaan kantong plastik yang terakhir masyarakat harus waspada. Membungkus gorengan yang masih panas dengan kantong plastik, terutama kantong plastik hitam, dapat merugikan kesehatan.

Dikutip dari Kompas, salah seorang dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), I Made Arcana, meneliti bahaya zat pewarna hitam pada kantong plastik. Hasil penelitian Arcana menyebutkan bahwa jika terkena panas zat ini akan mengeluarkan senyawa yang memicu kanker. Bisa dibayangkan jika senyawa tersebut terdapat pada gorengan yang kita makan.

Kebiasaan menggunakan kantong plastik secara berlebihan memang perlu dihentikan. Diperkirakan setiap orang dari penduduk dunia menggunakan kurang lebih 170 kantong plastik setiap tahunnya. Asumsinya, setiap orang menggunakan minimal satu kantong plastik per hari.

Dengan demikian, jika berpatokan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan tahun 2006, dari sekitar 1,7 juta jiwa penduduk Kota Makassar berarti setiap tahunnya jumlah kantong plastik yang digunakan di Makassar kurang lebih 289 juta buah. Sementara untuk Sulsel dari jumlah penduduk di tahun yang sama 7,6 juta jiwa berarti sampah kantong plastik yang dihasilkan adalah 1,3 miliar buah setiap tahun.

Padahal kerusakan yang bisa ditimbulkan sampah plastik terhadap lingkungan luar biasa. Diperlukan sekitar 500-1000 tahun untuk sampah plastik terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Saat terurai pun, partikel-partikel plastik akan mencemari air tanah. Meracuni makanan binatang-binatang di tanah sehingga pada akhirnya mengancam mata rantai ekosistem.

Membakar sampah plastik juga bukan solusi yang baik karena akan berdampak buruk pada kesehatan. Plastik yang tidak terurai dengan baik saat dibakar akan menjadi dioksin di udara. Dioksin jika terhirup manusia akan menyebabkan berbagai sumber penyakit seperti hepatitis, pembengkakan hati, kanker, gangguan sistem syaraf, dan memicu depresi.

Say No to Plastic Bag

Sejumlah negara telah menerapkan peraturan yang memperketat swalayan menggunakan tas belanja plastik. Kebijakan negara-negara tersebut menyerupai gerakan anti kantong plastik secara global. Filipina, Swedia, Skotlandia, Jerman, Perancis, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Finlandia, Denmark, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan, dan Singapura adalah beberapa dari negara itu. Bahkan Kenya dan Uganda telah melarang penggunaan kantong plastik di swalayan.

Juni 2008 pemerintah Cina pun mulai menerapkan larangan kepada swalayan untuk memberikan kantong plastik kepada konsumer. Bagi swalayan yang melanggar aturan tersebut pemerintah tidak segan-segan memberi denda sebesar 5.000 hingga 50.000 yuan (667 hingga 6.667 dollar Amerika atau sekitar Rp 7,3 juta hingga Rp 73,3 juta).

Langkah pemerintah Cina tersebut mengantisipasi meningkatnya penggunaan kantong plastik, khususnya di wilayah-wilayah yang mengalami booming di sektor ekonomi seperti Shenzhen City, Provinsi Guangdong. Di kota tersebut, swalayan mengkonsumsi kurang lebih 1,75 miliar kantong plastik setiap tahunnya.

Seperti tidak mau ketinggalan, pemerintah Australia juga ikut dalam kampanye anti kantong plastik. Hasilnya, setelah meluncurkan gerakan “say no to plastic bag” pada sekitar tahun 2003, setahun kemudian pemakaian kantong plastik berkurang 200 juta kantong plastik dari total kantong yang dipakai yakni 7 miliar buah per tahun.

Gerakan itu kini bahkan menjadi tren di Australia. Di swalayan-swalayan para kasir akan menanyakan kepada konsumer apakah membawa tas belanja atau ingin menggunakan kantong plastik. Jika kasir menanyakan demikian secara tidak langsung meminta konsumer untuk membawa tas belanja sendiri. Bahkan terdapat banyak toko yang tidak menyediakan kantong plastik sama sekali.

Swalayan-swalayan di Australia juga menyediakan tas belanja dari kain katun yang ramah lingkungan seharga 99 sen atau sekitar Rp 8.000. Hal yang sama dapat dijumpai pada salah satu swalayan di Cina, seperti swalayan Walmart. Di supermarket tersebut disediakan tas belanja seharga tiga yuan, atau 6 yuan lebih murah dari harga produksinya.

Green Shopper di Indonesia

Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa atau peringkat keempat di dunia, boleh jadi Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Apalagi pembatasan penggunaan kantong plastik belum digarap secara baik oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Padahal data KLH menunjukkan dari total volume timbunan sampah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia yang mencapai 666 juta liter per tahun, sekitar 14 persen merupakan sampah plastik.

Budaya berbelanja pro-lingkungan atau yang lebih dikenal dengan jargon green shopper tidak tumbuh begitu saja. Konsumer biasanya hanya mengikuti tren yang ada. Perilaku konsumer dan masyarakat tergantung dari layanan swalayan. Jika swalayan membiasakan konsumer dengan kantong plastik maka kebiasaan menggunakan kantong plastik itulah yang berkembang.

Jadi regulasi yang harus dibuat adalah regulasi yang mengatur swalayan agar tidak leluasa memberikan kantong plastik kepada konsumer. Bahkan Indonesia bisa saja mengikuti langkah Cina yang memberi penalti kepada swalayan yang memberi kantong plastik kepada konsumer secara cuma-cuma.

Dengan menghentikan pemberian kantong plastik kepada konsumer, atau kalau tidak konsumer harus membayar untuk mendapatkannya, secara otomatis akan mengubah perilaku berbelanja. Konsumer perlahan akan membawa sendiri tas belanja dari rumah daripada harus membeli kantong plastik.

“Bring your own bag” merupakan program yang diberlakukan di Singapura dan Kanada. Singapura mulai mengkampayekan “bawa langsung tas belanja sendiri” sejak April 2007. Adapun Kanada, tepatnya di Manitoba, mengeluarkan peraturan pada tahun yang sama dengan melarang para pedagang toko memberi dan menjual kantong plastik kepada konsumen.

Di Australia juga mengalami apa yang disebut ”bring your own bag” di atas dalam empat tahun terakhir. Sebagian besar konsumer biasanya menolak untuk mendapatkan kantong plastik. Ketika kasir akan memasukkan barang belanjaan mereka ke kantong plastik, para konsumer itu akan mengatakan bahwa mereka membawa tas sendiri. Toko buku-toko buku di negara Kanguru itu bahkan tidak memberikan kantong plastik.

Pemandangan ini tentu akan berbeda jika berbelanja di Indonesia. Toko apapun dengan barang dagangan apa saja (selama masih bisa muat di dalam kantong plastik) konsumer pasti akan mendapatkan kantong plastik.

Prakarsa Carrefour

Belakangan ini di outlet-outlet Carrefour di Makassar mulai mengsosialisasikan tas belanja yang ramah lingkungan (eco-friendly bag). Kepada konsumer, kasir yang bertugas biasanya memperkenalkan dan menawarkan tas belanja yang terbuat dari kain katun tersebut.

Sebagai langkah awal memang tidak mudah merayu konsumer untuk beralih dari kantong plastik yang gratis ke tas belanja biodegradable (dapat terurai) yang harus dibeli. Karena itu, seharusnya harga tas belanja biodegradable yang dipatok Rp 10.000 masih perlu diturunkan. Bagi konsumer, uang senilai itu lebih baik digunakan untuk membeli susu anak ketimbang membeli tas belanja.

Tetapi apa yang dilakukan Carrefour patut diacungi jempol. Olehnya, pemerintah harus terlibat di dalam upaya mempercepat sosialisasi tas belanja biodegradable.

Bentuk keterlibatan pemerintah bisa dalam bentuk pemberian insentif kepada Carrefour sehingga harga tas belanja bisa lebih murah. Sebagai konsekuensi dari insentif tersebut, pihak Carrefour juga harus secara perlahan mengurangi memberikan kantong plastik kepada konsumer, kalau perlu menghentikan sama sekali.

Pada akhirnya, perang melawan sampah plastik harus melibatkan semua pihak. Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang tepat tentang bahaya sampah plastik, baik bagi lingkungan maupun kesehatan. Pemerintah diharapkan aktif menyampaikan hal itu sehingga menyadari untuk mulai mengurangi menggunakan kantong plastik. Selain itu, semua swalayan dan pedagang toko mesti juga mengambil peran.

Dari semua disampaikan di atas, yang terpenting adalah regulasi dari pemerintah untuk membatasi penggunaan kantong plastik. Regulasi yang mengatur pabrik kantong plastik, regulasi yang memonitor penggunaan kantong plastik di swalayan dan di toko-toko, serta regulasi yang memperketat sirkulasi kantong plastik di masyarakat.


From :

http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=408:perang-melawan-sampah-plastik&catid=27:green-reporter&Itemid=31

Read more »

Jumat, 24 April 2009

Hari bumi Setap hari

Ada banyak alasan untuk berharap ini Hari Bumi - Amerika Serikat tampaknya siap topi yang polusi yang menyebabkan pemanasan global. Tetapi ada juga banyak yang beralih ke pekerjaan membatasi kerusakan sudah selesai. Berikut ini adalah empat langkah sederhana yang dapat Anda lakukan yang akan segera memiliki dampak terhadap lingkungan. Dengan berfokus pada daerah-daerah yang akan memiliki dampak besar, Anda akan menemukan bahwa Anda melakukan bagian untuk pembangunan masa depan bukan sebagai sulit karena dapat memiliki pemikiran. Semudah itu!

40 persen dari pemukiman menggunakan energi untuk pemanasan dan pendinginan. Untuk menghentikan pemanasan global dan polusi udara kita jelas, kita harus lebih efisien. Mulai di rumah dengan membuat beberapa perbaikan di mana ia akan memiliki dampak yang paling. Mengambil rumah wisata sekarang untuk melihat apa yang dapat Anda lakukan.

Yang disiapkan hidangan khas Amerika berisi rata-rata bahan dari sedikitnya lima negara di luar Amerika Serikat. Hampir 250.000 ton gas pemanasan global adalah disebabkan dirilis untuk impor dari produk makanan-sama jumlah polusi yang dihasilkan oleh lebih dari 40.000 kendaraan di jalan atau hampir dua pembangkit tenaga listrik. Dengan memilih produk dan makanan lokal, Anda dapat membuat dampak yang nyata oleh duduk untuk makan malam. Menemukan makanan yang lebih baik, lebih dekat ke rumah dengan NRDC dari Lokal widget Makanlah dan mendapatkan resep untuk di-musim produksi.

Hanya 4 persen dari plastik yang didaur ulang. Ketika keluar dari mengempas, tidak pernah disintegrates plastik, ia mengisi landfills atas dan berakhir di atas lautan. Plastik pollutes di setiap langkah - dari produksi ke pembuangan. Cut down on your limbah plastik dengan menggunakan kurang plastik daur ulang plastik dan kapanpun Anda dapat.

Dalam 1970, Amerika Serikat daur ulang sekitar 5 persen dari sampah. Sekarang kita mendaur ulang sekitar 32,5 persen, bahkan tidak ketiga. Mempertimbangkan limbah sebelum membeli produk-produk baru, jangan berlebihan dan unrecyclable bahan kemasan.


Ups....sory kalau kata-katanya agak blepotan soalnya cuma ngetranlate dari :
http://www.simplesteps.org/content/view//5059/37
Read more »

Kamis, 23 April 2009

Earth day 2009

Kemaren kami mahasiswa TeknikLingkungan universitas Lambung mangkurat Ngadain aksi penanaman pohondisekitar kampus untuk mempenringati hari Bumi (Earth Day) 2009. dan sehari sebelumnya kamijuga turun kejalan tuk membagikan stiker yang bertemakan Green actions tuk mengajak masyarakat luas tuk menjaga bumi kita ini.

Kalian tw ga sejarahnya Earth Day ini?? aq ceritain dikit deh.." Dulu ada seorangsenatur asal Amerika Serikat yang bernama Gaylord Nelson yang mendesakagar pemerintah Amerika memasukan isu-isu lingkungan hidup dalam agenda Senat. lalu, usul senator tersebut dapat support dari masyarakat dan puncaknya pada tanggal 22 April 1970, dan hebatnya lagi pada saat itu 20 juta rakyat Amerika turun kejalan tuk mendukungnya, n jadilah hari tu Peringatan hari bumi..". Klo dihitung hitung tahun nie dah Hari bumi yang ke-39 gtu tp keadaan bumi kita udah jauh beda dengan yang dulu..


Dengan aksi" ini kami mau mengajak semua kalangan tuk menjaga bumi karena didunia ini belum ada tempat yang cocok untuk penggantinya..Next bulan juni nanti kami berencana melakukan aksi lagi berkenaan dengan hari Lingkungan tunggu ceritanya yah...n klo mo ngedukung acara tersebut bisa kasih coment atau contact saya aja..

Read more »

Akhirnya.....

Setelah mempertimbangkan dengan matang matang akhirnya diambil juga keputusan tuk mengganti layout blog. Setelah mencari-cari laoyut yang sesuai akhirnya nemukan layout yang bagus Disini.

Trust tu daripada nganggur cari jalan-jalan dulu ke bLog blog orang n nemu trik tuk ngedit blog gtu...Jadilah blog aq yang sekarang nie...

Menurut aq sih dah Oke...tw menurut kalian mohon kritikannya..
makasih sebelumnya...
Read more »

Rabu, 01 April 2009

Kompetisi Menulis Opini


Tiga negara di Pulau Borneo yaitu Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia menyadari bahwa hutan, tanah dan air di Borneo menyangga kehidupan komunitas yang tinggal di dalamnya dan aset internasional sebagai paru-paru dunia dan surga keanekaragaman hayati. Heart of Borneo membentang seluas 220,000 km2 melintasi batas-batas tiga negara tersebut.

Global Forest & Trade Network (GFTN) sebagai salah satu inisiatif WWF dalam mencapai pengelolaan hutan berkelanjutan bekerja di wilayah Heart of Borneo. GFTN mendukung pelestarian hutan-hutan dunia, berusaha memenuhi permintaan kayu lestari dari Indonesia, mempromosikan pengelolaan hutan berkelanjutan serta memfasilitasi tercapainya lebih banyak produsen dan manufaktur hasil hutan tersertifikasi di Indonesia.

GFTN mengajak Anda untuk berpartisipasi dalam

Kompetisi Menulis Opini Global Forest & Trade Network

TEMA Solusi Dalam Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari di wilayah Heart of Borneo

SUB-TEMA

  1. Solusi untuk mengeliminasi illegal logging di Heart of Borneo
  2. Solusi pengelolaan hutan di Heart of Borneo melalui sertifikasi hutan

KATEGORI PESERTA Umum dan Wartawan

PERSYARATAN

  1. Peserta adalah WNI yang berada di dalam maupun luar negeri
  2. Tidak ada batasan umur
  3. (Untuk kategori wartawan) Boleh berasal dari media apa saja (televisi, cetak, online, radio)
  4. Tulisan yang dikirimkan sesuai dengan tema dan subtema yang ada atau gabungan
  5. Tulisan belum pernah diikutsertakan dalam lomba serupa atau pernah memenangkan kompetisi menulis lainnya
  6. Peserta boleh mengirimkan tulisan sebanyak-banyaknya
  7. Banyaknya satu tulisan antara 1500-2000 kata. Diketik di kertas ukuran A4, Times New Roman dengan ukuran font 12, spasi 1.5
  8. Tulisan dikirimkan ke pihak WWF-Indonesia dalam bentuk hardcopy dengan menyertakan fotokopi KTP atau kartu identitas lainnya ke:

Program GFTN-Indonesia, WWF-Indonesia
Kantor Taman A9, Unit A-1,
Kawasan Mega Kuningan Lot 8-9/A9.
Jakarta 12950

atau

via e-mail kompetisimenulisgftn@yahoo.com

DEADLINE 30 Mei 2009

HADIAH PEMENANG (berlaku untuk kedua kategori peserta)
Pemenang I Hadiah uang tunai Rp 3 juta + sertifikat + merchandise WWF + kesempatan mengunjungi Heart of Borneo
Pemenang II Hadiah uang tunai Rp 2,5 juta + sertifikat + merchandise WWF
Pemenang III Hadiah uang tunai Rp 2 juta + sertifikat + merchandise WWF

DEWAN JURI

  1. ATIEK NURBAITI, The Jakarta Post
  2. HERMAN PRAYUDI, Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI)
  3. DITA RAMADHANI, WWF-Indonesia, Program GFTN Indonesia
  4. NUGIE, Musisi dan Pemerhati Lingkungan

Ketentuan
Seluruh tulisan yang dikirimkan menjadi milik WWF-Indonesia dan WWF-Indonesia berhak menggunakan hasil tulisan tersebut untuk kepentingan publikasi dan marketing dengan mencantumkan nama penulis pada kredit tulisan sbb: WWF-Indonesia/Nama NAMA. Keputusan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Kontes ini tidak berlaku bagi staf karyawan/keluarga dari parapihak yang mendukung kegiatan ini.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai GFTN, dan Heart of Borneo kunjungi www.wwf.or.id atau http://gftn.panda.org atau hubungi Program GFTN-Indonesia
ke Dita Ramadhani (Dita) di no telp (021) 5761070 ext. 505.

Kompetisi ini didukung oleh:


from :

http://www.wwf.or.id/index.php?fuseaction=newsroom.detail&id=NWS1238555507&language=i

Read more »

Earth Hour 2009: 60 Menit Untuk Bumi Selamat

Untuk pertama kalinya Indonesia, khususnya Jakarta berperan serta dalam aksi global Earth Hour 2009. Aliran listrik di 5 ikon monumental DKI Jakata dipadamkan antara pukul 20.30 sampai 21.30. Lima ikon yang ikut dalam kampanye perubahan iklim global WWF tersebut yaitu Monas, Bundaran Hotel Indonesia, Gedung Balaikota Jakarta, Patung Pemuda, dan Air Mancur Arjuna Wiwaha.

Jakarta bergabung dengan 2.848 kota lainnya di 83 negara yang turut mendukung Earth Hour 2009. Seremoni Earth Hour Indonesia 2009 diselenggarakan di halaman Balaikota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Sabtu (28/3/09), dibuka dengan sambutan Ketua Badan Pengurus WWF-Indonesia, Kemal Stamboel.
Dalam pidatonya, Kemal mengemukakan bahwa pemakaian listrik terbesar di Jakarta adalah dari sektor rumah tangga dan komersial. Ironisnya, sampai saat ini hanya 50 persen masyarakat Indonesia yang dapat menikmati layanan listrik. “Kesadaran seluruh masyarakat terutama di perkotaan termasuk Jakarta dalam menciptakan pola konsumsi listrik yang lebih efisien dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan, dari Sabang sampai Merauke,” himbau Kemal.

Gubernur DKI Jakarta sekaligus duta Earth Hour Indonesia, Fauzi Bowo, juga mengutarakan hal serupa dalam sambutannya. Fauzi Bowo menegaskan pentingnya kampanye global Earth Hour ini sebagai momentum strategis yang perlu dilakukan secara terus menerus , konsisten, dan berkelanjutan, tidak hanya oleh warga Jakarta, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Dengan bersemangat Fauzi Bowo mengemukakan pentingnya budaya hemat energi, “Ini adalah sebagai bentuk kontribusi dalam menanggulangi perubahan iklim global, dan Jakarta harus menjadi pioneer di garis yang paling depan.”

Sejumlah artis ibukota juga terlihat menghadiri upacara pemadaman lampu tersebut, diantaranya Nugie, Davina serta duta Earth Hour Indonesia Charles Bonar Sirait. Aksi global Earth Hour diyakini Charles merupakan upaya yang tepat dalam mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih menerapkan pola hidup hemat energi.”Budaya masyarakat Indonesia itu masih banyak yang mewah. Menurut saya, dengan adanya event ini masyarakat Indonesia bisa belajar untuk lebih cerdas lagi dalam menggunakan sumber energi kita yang memang terbatas.”

Menjelang detik-detik pemadaman lampu, Fauzi Bowo bersama dengan Ketua Badan Pengurus WWF-Indonesia, Kemal Stamboel ,serta wakil korporasi naik ke atas panggung untuk bersiap mematikan lampu di lima ikon monumental secara simbolik. Pemadaman dimulai di gedung Balaikota, dan diikuti dengan pemadaman empat ikon lainnya.

Selain lima titik yang menjadi ciri ibukota Jakarta, pemadaman lampu juga dilakukan di kantor-kantor yang berada di bawah pengelolaan Pemprov DKI, lebih dari 60 gedung mitra swasta, 200 kantor, dan 40 papan reklame. Earth Hour 2009 juga berhasil mendapat dukungan publik sekitar 20.000 orang yang bersedia untuk berpartisipasi mematikan lampu mereka pada jam tersebut.

Untuk menerangi gedung Balaikota, ratusan lilin dinyalakan di sekeliling angka “60”yang merupakan logo Earth Hour. Di tengah temaram cahaya lilin, undangan disuguhi dengan hiburan “hemat listrik” seperti musik akustik dari para supporter kehormatan WWF-Indonesia Nugie dan grup a capella Jamaica Cafe serta pemutaran film Earth Hour.

Direktur Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia, Fitrian Ardiansyah saat ditemui usai penyelenggaraan Earth Hour mengutarakan optimismenya dalam pencapaian target WWF-Indonesia. Menurut data PLN, penghematan listrik mencapai 180 MW di Jawa Bali, dimana 50 MW nya dilakukan oleh warga DKI. Fitrian juga berharap, Earth Hour tidak akan menjadi perayaan megah semata yang berlalu tanpa kesan. “WWF berharap Earth Hour bukanlah kampanye 1 hari yang kemudian hilang. Tapi kedepannya, kami akan mengajak pemprov DKI serta mitra lainnya untuk mencanangkan program lainnya yang menjadikan Jakarta sebagai model percontohan praktik hemat energi khususnya di cluster-cluster residensial, pusat bisnis, dan perkantoran.”



From : http://www.wwf.or.id/index.php?fuseaction=newsroom.detail&id=NWS1238424934&language=i

Read more »

 
Powered by Blogger