Tabloid PULSA

Jumat, 07 Agustus 2009

Hantu Laut Bernama Plastik


Satu pemantik api, satu tangkai sikat gigi, satu mainan robot, dan satu tampon penyerap darah menstruasi pernah ditemukan dalam perut seekor burung Albatross Laysan yang mati di Pasifik. Burung Albatros itu hanya satu dari sejuta burung air yang menurut Program Lingkungan PBB (UNEP) mati setiap tahunnya karena makan bahan-bahan plastik pencemar isi lautan.

Tim peneliti dari Belanda menemukan sembilan dari 10 burung air fulmar yang mencari makan di laut mati dengan sampah plastik dalam lambungnya. Mereka meneliti 560 ekor jenis burung itu dari delapan negara dan mengungkap kalau fulmar mencerna rata-rata 44 macam produk plastik yang biasa ada di rumah dan kantor manusia.

Seekor fulmar di Belgia bahkan didapati memiliki 1.603 serpihan plastik dalam lambungnya.

Burung bukanlah satu-satunya yang korban. Kura-kura, paus, anjing laut, dan singa laut juga didapati memakan (sampah) plastik. UNEP mencatat lebih dari 100 ribu mamalia laut juga mati setiap tahunnya karena sebab yang sama.

Plastik diyakini menyusun sampai 90 persen seluruh sampah yang mengapung di lautan. Setiap mil persegi diperkirakan berisi 46 ribu potongan plastik. Semua sampah itu pada akhirnya juga bisa sampai ke lambung manusia.

"Ratusan juta potongan plastik, termasuk bahan mentah untuk industri plastik, hilang atau tertuang setiap tahunnya ke aliran sungai-sungai yang menuju lautan," kata Eriksen. "Bahan-bahan itu lalu berperan sebagai agen pengikat bahan kimia buatan manusia lainnya seperti hidrokarbon dan pestisida DDT lalu masuk ke rantai makanan."

Seperti dalam jenis lingkungan lainnya, plastik juga tidak semestinya ada dalam laut. Lingkungan yang satu ini bahkan cenderung melindungi plastik dari sinar ultraviolet sehingga proses penguraian molekul-molekulnya lebih lama lagi.

Diperkirakan setiap sampah plastik modern yang jatuh ke laut 50 tahun yang lalu masih tetap ada sampai saat ini. Mereka kalau tidak terjebak terapung-apung dalam arus berpusar "gyres"' di Pasifik, bisa ditemukan "duduk manis" di lantai laut menunggu dicaplok makhluk laut yang melintas.

"Setiap serpihan kecil produk plastik yang berusia kurang dari 50 tahun dan jatuh di laut pasti masih ada utuh entah di mana," kata Tony Andrady, kimiawan di Research Triangle Institute, Amerika Serikat.

Tempat Sampah Raksasa

Sampah terbawa dan terakumulasi ke kawasan ini oleh arus laut yang seperti berpusar. Sebagian besar memang datang dari darat, tapi seperlimanya diperkirakan adalah sampah dari kapal dan anjungan tambang minyak lepas pantai. Khusus plastik, karena proses penguraiannya yang sangat lama, terhimpun semakin banyak menjadi mirip sup. Meski belum sependapat tentang luasan pastinya, para peneliti dunia satu kata bahwa sup itu terus melebar.

Tempat sampah raksasa ini ditemukan oleh Moore pada 1997. Saat itu ia sedang berlayar pulang setelah mengikuti lomba layar Los Angeles-Hawaii. Moore yang kini menjadi aktivis lingkungan sengaja mengarahkan layarnya untuk potong kompas melewati "gyre" Pasifik Utara. Biasanya para pelaut menghindari kawasan pusaran arus dengan angin lemah dan sistem tekanan yang ekstrem tinggi itu.

Moore terkejut, tiba-tiba saja ia seperti memasuki lautan sampah. Dari hari ke hari, yang menjadi pemandangan di sekitar kapalnya adalah sampah. Semua benda, dari kayak, bola sepak, sampai lego dan tas ransel, bisa ditemuinya.


from:

http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=620:hantu-laut-bernama-plastik&catid=8:green-industry&Itemid=13

0 komentar:

 
Powered by Blogger