Tabloid PULSA

Senin, 22 Maret 2010

Hari Air Sedunia 22 Maret 2010


Setiap tanggal 22 Maret, masyarakat dunia memperingati World Water Day (Hari Air Sedunia). Momentum peringatan ini, menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk semakin menggalakkan pentingnya budaya air bersih yang ada di sekitar kita. Perilaku budaya air bersih merupakan langkah strategis guna menyelamatkan air dari ancaman kekeringan dan kualitas air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia.
Peringatan yang digagas sejak tahun 1992 saat Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro ini, mempunyai agenda antara lain menyediakan fresh water (air bersih). Kendati air merupakan kebutuhan vital manusia, namun sedikit sekali masyarakat yang peduil tentang peringatan dan makna substansial Hari Air Sedunia ini. Bahkan tidak jarang, sebagian masyarakat acuh tak acuh terhadap gerakan sanitasi yang digalakkan oleh aktivitas lingkungan hidup.
Kita bisa mencermati imbauan PBB lewat UNESCO yang mendukung penuh gerakan air bersih di seluruh dunia, terutama di negara-negara terpencil yang kesulitan memperoleh kualitas air sesuai dengan kandungan mineral yang memadai bagi kebutuhan vital manusia.
Tidak heran, bila gerakan aliran air lintas batas merupakan fokus utama yang ditetapkan PBB untuk Hari Air Sedunia pada setiap 22 Maret ini. Setidaknya, di dunia ada 263 danau dan sungai yang berada di beberapa wilayah administrasi, termasuk teritori 145 negara. Hal ini bisa menjadi pelecut bagi negara-negara tersebut guna meningkatkan gerakan sanitasi air bagi kebutuhan warga mereka masing-masing.
Apapun tema yang diusung dalam peringatan Hari Air Sedunia, kita berharap akan muncul gerakan peduli air bersih yang digalakkan oleh aktivis lingkungan hidup dan masyarakat yang memperhatikan kualitas kejernihan air. itulah sebabnya, tiap negara hendaknya membuka peluang untuk bekerja sama dalam pengelolaan air lintas batas, membangun rasa saling menghormati, pengertian, dan kepercayaan antarnegara dan memajukan perdamaian, keamanan, serta pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Berkaitan dengan Hari Air Sedunia 2010 ini, UNESCO adalah lembaga dunia yang memimpin kegiatan terkait tema tersebut, didukung United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) an FAO. Konvensi PBB tentang hukum dalam pemanfaatan air internasional sebenarnya telah diadopsi pada 21 Mei 1997. Namun, dalam 10 tahun sejak konvensi tersebut, hanya 16 negara yang telah meratifikasinya.
Pada titik inilah, mendapatkan akses air bersih memang bukan hal yang mudah di Indonesia. Dalam masyarakat yang mayoritas masih mengandalkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, air bersih menjadi barang langka. Tak sedikit orang yang kecewa dengan kualitas air tanahnya. Keluhan yang sering ditemui umumnya keruh, air berwarna kuning atau bau besi.
Kualitas air yang tidak mendukung ini, bisa menjadi sindrom bagi tercapainya kesehatan masyarakat Indonesia, sehingga menghambat masa depan dan kebutuhan elan vital manusia itu sendiri. Sebagai sumber kehidupan, air adalah kebutuhan mendesak dan tidak bisa ditawar dengan sumber pokok yang lain. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar itu harus sesuai dengan standar kesehatan masyarakat yang memadai dan memberikan kepastian akan kebersihan air tersebut.
Mengarifi Keberadaan Air
Menyikapi ancaman kekeringan dan sulitnya air bersih, tentu menjadi dilema tersendiri bagi peningkatan kesehatan masyarakat kita, karena air bersih merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar oleh apa pun. Kita perlu mengarifi keberadaan air sebagai sumber kehidupan paling utama guna keberlangsungan hidup kita selanjutnya.
Kita memang menghadapi banyak persoalan terkait dengan sanitasi dan air bersih yang mulai terancam kualitasnya akibat kita tidak bisa mengelola dan memanfaatkan air yang jernih. Terbukti, persoalan air bersih dan jernih sangat sulit kita peroleh di negeri kita yang kaya akan sumber daya alamnya.
Sebagai contoh, pembabatan hutan dan emisi gas-gas rumah kaca, seperti karbon, sulfur, dan nitrogen, akibat berbagai aktivitas manusia menjadi penyebab utama yang mengacaukan daur air dan cuaca tersebut. pendek kata, tidak ada lagi reservoir air hujan di darat karena hutan ditebang dan daerah resapan telah diuruk menjadi tempat permukiman.
Itulah sebabnya, air hujan amat cepat kembali ke laut sehingga ketersediaan air tawar di darat semakin pula berkurang, bahkan mengalami krisis berkepanjangan. Apalagi, hutan gundul menyebabkan tanah di perbukitan mengalami erosi, mengakibatkan sedimentasi di sungai dan muaranya. Pendangkalan sungai memperbesar ancaman banjir di daerah aliran sungai.
Perilaku Budaya Air Bersih
Gerakan sanitasi air bersih bagi masyarakat kita merupakan upaya progresif untuk menciptakan kualitas anak Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Kita tahu bahwa, air adalah sumber kehidupan dan kebutuhan utama yang harus dipenuhi.
Ungkapan itu sudah sangat biasa kita dengar setiap hari, namun pernahkah kita peduli dengan keberadaan air yang mungkin saja suatu hari nanti mengering dari sumbernya atau tetap berlimpah tapi penuh limbah?
Itulah mengapa, diperlukan kesadaran bagi pihak yang berwenang guna menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat kita agar terbiasa mengelola dan memanfaatkan air bersih secara berkelanjutan. Dengan kata lain, gerakan sanitasi air harus pula didukung oleh perilaku budaya bersih untuk menjaga suatu sumber kehidupan manusia terutama air.
Kita sebagai manusia yang tidak bisa hidup tanpa air, sudah saatnya menyadari bahwa air bukanlah benda kekal yang tidak akan habis. Dalam artian, air bisa menghilang, jika kita tidak bijak menjaga keseimbangannya dengan alam semesta.



From: http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=211866&actmenu=39

0 komentar:

 
Powered by Blogger